Ono Dino Ono Upo 11 by Lilik Gunawan “Mbah Guno Rumekso”, “jago bisnis online”
Ono Dino Ono Upo 11
The Chronicles of Kungkum
Ehm…
1. Anda tahu kecebong? Anak katak.
2. Anda tahu kali? Tempat membuang ide-ide bekas.
3. Anda tahu yuyu? Kepiting kecil-kecil yang hidup di kali.
Anda tahu Mbah Guno Rumekso?
Seharusnya Anda tahu Simbah, rugi banget kalau nggak.
Tahu kenapa? Soalnya selama Musim Panas ini (hehe, ini istilah Simbah untuk menyebut Musim Kemarau, jadi bukan Summer-nya orang-orang bule itu :), ada semacam ‘ritual khusus’ yang rutin dilakukan oleh Simbah.
“Demi menghargai upaya Sang Pencipta Alam agar keseimbangan kehidupan ini selalu terjaga”, begitu kata Simbah dengan bijaknya.
Saya sih selalu percaya saja, apa yang disampaikan oleh Simbah pasti selalu sudah melalui perjalanan yang sangat panjang, dan lama, tentunya. Sepanjang dan selama umur Simbah yang sudah sangat panjang dan lama.(!)
Tapi jangan dikira kalau di dalam hati saya langsung terima jadi.
Pasti ada apa-apa dengan ‘ritual khusus’ yang dilakukan Simbah. Nah, dalam pikiran saya muncullah 3 pertanyaan di atas tadi. Maksudnya, apakah kita: Anda dan saya, benar-benar tahu dan mengerti jawaban dari ketiga pertanyaan itu?
Kalau hanya ngerti saja, anak kecil juga tahu!
Nah, untuk memudahkan Anda memahami jalan pikiran saya, berikut ini kronologisnya…
(bayangkan Anda berada di rumah saya, ingin pergi ke pasar, banyak sekali jalan menuju ke sana, Anda harus memilih salah satu jalan… yang paling enak dan mudah :)
Menuju proses The Chronicles of Kungkum:
- Simbah berjalan menuju ke kali
- Simbah melepas baju, celananya nggak lho
- Simbah nyemplung kali
- Simbah kungkum/berendam
Nah, mulai dari situlah The Chronicles of Kungkum dimulai…
- The way Simbah swims is really looking like a kecebong.
Pada hakikatnya, kecebong adalah makhluk perantara. Artinya masih ada tujuan lagi bagi fase kehidupan selanjutnya. Yaitu menjadi katak.
Begitu juga Simbah, apapun yang Beliau lakukan pastilah demi tercapainya tujuan dari fase kehidupan Beliau yang selanjutnya.
- Kali adalah tempat membuang ide bekas. Jangan salah paham!
Banyak yang mengira bahwa IDE BEKAS itu identik dengan BARANG BEKAS alias SAMPAH: salah besar!!!
Simbah tidak ngomong begitu. Jika ide bekas yang kita buang di sungai, maka tidak akan mengotorinya. Malah bisa diharapkan nantinya ketika ide-ide bekas itu terkumpul di muara sungai, kemudian mengalir di lautan ide…
Wah dijamin pasti akan ada ide-ide besar yang terlempar ke daratan. (Bukan sampah seperti di pantai itu!)
- Sambil menyelam minum air
Sambil kungkum Simbah mencari yuyu.
Pertanyaan saya: nggak kuatir kecapit tangannya, Mbah? Dijawab dengan fakta yang agak mengejutkan: ternyata yuyu cuma nyapit jika diangkat dari air. Selama di dalam air, dia nggak mau nyapit sembarangan! Jadi teknik yang dipakai Simbah, tangkap yuyu di punggungnya masukkan ke plastik. Dah, dijamin nggak bakal dicapit.
Masalah lain, bagaimana bisa nangkap yuyu yang ngumpet di dasar sungai, Mbah? Dijawab dengan fakta lain yang juga sedikit mengejutkan dan bahkan bisa bikin geli: tangan kita bisa dipakai untuk melihat! Namanya meraba-raba.
Ternyata oh ternyata, sesederhana itu jalan pikiran saya. Saya harap Anda tidak bingung memahami saya.
Proses The Chronicles of Kungkum selesai.
- Simbah mentas
- Simbah berjalan pulang
- Simbah masak Pelas Yuyu
- Simbah makan siang dengan riang
After all, jebul Simbah is very smart. Pantesan nurun ke cucunya. Hmmm…
Many thanks to you. Keep your smile nice and easy.
Lilik Gunawan
“blogger ndeso, ikut mbangun bangsa”
Jl. Klepu Bedug
Kutoarjo, Purworejo
Jawa Tengah, Indonesia
http://jago-bisnis-online.blogspot.com
email: gunawanlilik@gmail.com
Download Ebook Jangan Takut Setan
http://jangantakutsetan.com
( c ) 2009 Lilik Gunawan
“mbah guno rumekso”, “jago bisnis online”
Ono Dino Ono Upo 11
The Chronicles of Kungkum
Ehm…
1. Anda tahu kecebong? Anak katak.
2. Anda tahu kali? Tempat membuang ide-ide bekas.
3. Anda tahu yuyu? Kepiting kecil-kecil yang hidup di kali.
Anda tahu Mbah Guno Rumekso?
Seharusnya Anda tahu Simbah, rugi banget kalau nggak.
Tahu kenapa? Soalnya selama Musim Panas ini (hehe, ini istilah Simbah untuk menyebut Musim Kemarau, jadi bukan Summer-nya orang-orang bule itu :), ada semacam ‘ritual khusus’ yang rutin dilakukan oleh Simbah.
“Demi menghargai upaya Sang Pencipta Alam agar keseimbangan kehidupan ini selalu terjaga”, begitu kata Simbah dengan bijaknya.
Saya sih selalu percaya saja, apa yang disampaikan oleh Simbah pasti selalu sudah melalui perjalanan yang sangat panjang, dan lama, tentunya. Sepanjang dan selama umur Simbah yang sudah sangat panjang dan lama.(!)
Tapi jangan dikira kalau di dalam hati saya langsung terima jadi.
Pasti ada apa-apa dengan ‘ritual khusus’ yang dilakukan Simbah. Nah, dalam pikiran saya muncullah 3 pertanyaan di atas tadi. Maksudnya, apakah kita: Anda dan saya, benar-benar tahu dan mengerti jawaban dari ketiga pertanyaan itu?
Kalau hanya ngerti saja, anak kecil juga tahu!
Nah, untuk memudahkan Anda memahami jalan pikiran saya, berikut ini kronologisnya…
(bayangkan Anda berada di rumah saya, ingin pergi ke pasar, banyak sekali jalan menuju ke sana, Anda harus memilih salah satu jalan… yang paling enak dan mudah :)
Menuju proses The Chronicles of Kungkum:
- Simbah berjalan menuju ke kali
- Simbah melepas baju, celananya nggak lho
- Simbah nyemplung kali
- Simbah kungkum/berendam
Nah, mulai dari situlah The Chronicles of Kungkum dimulai…
- The way Simbah swims is really looking like a kecebong.
Pada hakikatnya, kecebong adalah makhluk perantara. Artinya masih ada tujuan lagi bagi fase kehidupan selanjutnya. Yaitu menjadi katak.
Begitu juga Simbah, apapun yang Beliau lakukan pastilah demi tercapainya tujuan dari fase kehidupan Beliau yang selanjutnya.
- Kali adalah tempat membuang ide bekas. Jangan salah paham!
Banyak yang mengira bahwa IDE BEKAS itu identik dengan BARANG BEKAS alias SAMPAH: salah besar!!!
Simbah tidak ngomong begitu. Jika ide bekas yang kita buang di sungai, maka tidak akan mengotorinya. Malah bisa diharapkan nantinya ketika ide-ide bekas itu terkumpul di muara sungai, kemudian mengalir di lautan ide…
Wah dijamin pasti akan ada ide-ide besar yang terlempar ke daratan. (Bukan sampah seperti di pantai itu!)
- Sambil menyelam minum air
Sambil kungkum Simbah mencari yuyu.
Pertanyaan saya: nggak kuatir kecapit tangannya, Mbah? Dijawab dengan fakta yang agak mengejutkan: ternyata yuyu cuma nyapit jika diangkat dari air. Selama di dalam air, dia nggak mau nyapit sembarangan! Jadi teknik yang dipakai Simbah, tangkap yuyu di punggungnya masukkan ke plastik. Dah, dijamin nggak bakal dicapit.
Masalah lain, bagaimana bisa nangkap yuyu yang ngumpet di dasar sungai, Mbah? Dijawab dengan fakta lain yang juga sedikit mengejutkan dan bahkan bisa bikin geli: tangan kita bisa dipakai untuk melihat! Namanya meraba-raba.
Ternyata oh ternyata, sesederhana itu jalan pikiran saya. Saya harap Anda tidak bingung memahami saya.
Proses The Chronicles of Kungkum selesai.
- Simbah mentas
- Simbah berjalan pulang
- Simbah masak Pelas Yuyu
- Simbah makan siang dengan riang
After all, jebul Simbah is very smart. Pantesan nurun ke cucunya. Hmmm…
Many thanks to you. Keep your smile nice and easy.
Lilik Gunawan
“blogger ndeso, ikut mbangun bangsa”
Jl. Klepu Bedug
Kutoarjo, Purworejo
Jawa Tengah, Indonesia
http://jago-bisnis-online.blogspot.com
email: gunawanlilik@gmail.com
Download Ebook Jangan Takut Setan
http://jangantakutsetan.com
( c ) 2009 Lilik Gunawan
“mbah guno rumekso”, “jago bisnis online”
No comments:
Post a Comment
Mohon berikan saran dan komentar Anda di sini. Tidak ada blog yang sempurna, semoga masukan Anda bisa membantu blog ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Terima kasih.